Blue Spinning Frozen Snowflake

Minggu, 11 Januari 2015

The Philosophy.....2


BENAR  dan   SALAH



Apa yang dimaksud kebenaran? 

Pertanyaan seperti itu pernah saya tanyakan pada diri saya sendiri beberapa tahun yang lalu dan saya tidak dapat dengan segera menjawabnya. Perlu kesadaran untuk bisa mengetahui apa itu benar untuk mencari definisi yang cocok secara umum.

Kesukaran dalam menjawabnya,  pertama, karena yang benar tentunya hanya satu tidak mungkin lebih dari satu. Kalau hanya pendapat atau dugaan atau istilah ilmiahnya’ hipotesis’, bisa banyak, tetapi itu bukan kebenaran.

Kedua, bahwa kebenaran itu harus berbasis REALITA,  sesuai Realita atau dapat dibuktikan dalam realita.

Kalau ada pertentangan antara teori dan realita maka yang benar adalah realita, teorinya salah.
Setelah memikirkan lebih mendalam, membaca buku dan membandingkan dengan berbagai pendapat akhirnya saya dapatkan arti kebenaran sbb. 
 Suatu phenomena dikatakan benar bila

1.  konsisten artinya  dalam situasi yang sama akan selalu  berlaku (=valid), atau muncul secara otomatis realita yang sama. Pengumpulan barang bukti mengerucut pada hal yang sama, bukan menjauh atau bertentangan.

2.  Repeatable artinya dalam kondisi yang sama maka kejadian  itu bisa dibuat agar terjadi lagi.

Hal  sebaliknya yaitu  kalau tidak konsisten dan tidak repeatable  maka  teori atau phenomena yang diceritakan itu tidak benar alias salah.

Misalnya. Kalau A + B --*---  C   maka siapapun yang melakukannya  bila A dicampur B dengan adanya *(misalnya  panas) maka akan terjadi C. Kalau phenomena ini selalu muncul maka proses ini benar. Tetapi kalau C tidak tejadi, maka rumus atau aturan itu tak benar.

Ada lagi cerita kalau suatu proses itu baru terjadi  bila hanya dikerjakan oleh ’orang pintar’ (dukun) atau semacam itu, dan tidak terjadi kalau orangnya tidak ’pintar’ dll, maka phenomena itu artinya tidak konsisten, Artinya itu tidak benar atau palsu. Kebenaran juga harus universal, tidak milih orang , figur pelaku.

Penggunaan predikat orang pintar  hanya topeng untuk menutupi kesalahan.
 Apa kata Albert  Einstein tentang kebenaran.
1.  Tidak ada jumlah experiment yang  bisa membuktikan sesuatu itu benar (secara mutlak.)

2.  Cukup satu experiment saja untuk mengatakan sesuatu itu salah

Dia katakan sehebat hebatnya suatu teori atau pernyataan, bila sampai terbukti sekali saja tidak memunculkan  suatu kejadian yang sama, maka kita harus menyerah bahwa teori itu salah. Disamping itu,  dia katakan kita tidak mungkin dapat melakukan modifikasi, atau mengubah teori itu  sedikit sedikit,  tetapi kita harus merombak seluruh  elemen teori itu.

Ternyata, membuktikan kesalahan dari sesuatu teori (apalagi anggapan) yang sudah berjalan jauh sekalipun,  menjadi amat sederhana daripada  membuktikan kebenarannya. Cukup satu kenyataan yg tidak cocok, maka artinya dalil atau ajaran itu salah Dan cara ini valid.

Batasan  sederhana dari Einstein si genius amat hebat ini sangat penting pengaruhnya untuk  dipakai, bagaimana kita menjalani hidup ini.

Tetapi kenyataan dilapangan banyak sekali yang tidak mengerti  atau bisa menggunakannya dalam banyak hal dalam aspek kehidupan.

Mereka tidak menyadari bahwa kita bisa memilah milah masalah yang benar dan yang salah dengan amat sederhana,yaitu  cukup sekali saja mengalami munculnya phenomena yang tidak cocok , maka teori atau ajaran yang selama ini kita anut adalah salah.

Ketidak mampuan menggunakannya bukan monopoli orang yang tidak pernah belajar diperguruan tinggi saja , tetapi mereka yang bergelar akademik kerenpun, doktor, profesor banyak yang tak tahu memakainya.

Sesuatu yang  Benar, dapat dikembangkan dalam ruang manfaat dan derajat  kepentingannya. Pengembangan nya akan berpotensi benar.

Tetapi kalau sesuatu  itu sudah Salah, harus di stop sejak dini dan jangan dkembangkan.     
                                         
Salah, yang dikembangkan  dalam  ruang manfaat dan kepentingannya, akan menghasilkan sesuatu yang  tambah salah, diteruskan lagi akan mejadi  salah besar, selanjutnya  menjadi salah amat besar yang amat sukar untuk dikoreksi.

Kalau hanya dilihat dari manfaat, uang yang didapat dari merampok, korupsi, masih bisa bermanfaat untuk beli susu anaknya, bayar sekolah dll, tetapi uang itu didapat dengan cara yang salah. Cara itu harus distop sejak dini.

Kalau kita mau melihat disekitar kita  dengan jujur, mungkin kita akan banyak sekali menemukan apa yang kita semula kira benar, ternyata salah, hanya mengujinya dengan sangat sederhana seperti yang dikatakan Einstein.

Masalahnya timbul, untuk jujur pun kita kadang kadang tidak bisa, masih mau menutup nutupi, berbasa basi. Sehingga kesalahan tinggal kesalahan  tanpa pernah diperbaiki.

Hanya yang benar yang bisa membuat kita maju, modern dan menang bersaing antar bangsa.  Bukan yang salah!

Karena itu  mengetahui yang salah tidak kalah pentingnya  dengan mengetahui yang benar.

Janganlah kita menjadi bangsa yang mengelu-elukan kesalahan.



Sangat sedih bila tokoh tokoh masyarakat  yang menjadi panutan umum justru dia yang tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, sehingga keterpurukan akan melanda masyarakatnya bahkan bangsanya  dan bukan hanya dia sendiri.

Bentrok antar kelompok,  antar suku  terjadi karena katanya mereka rebutan kebenaran,  Yang satu bilang dia yang benar dan yang lain bilang dia yang benar.  Sebenarnya mereka  bukan rebutan kebenaran tetapi rebutan kesalahan !! Memperebutkan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan kebenaran. Karena benar hanya satu. Kalau masih ada beberapa versi kebenaran maka itu menunjukkan belum benar. Justru kebenaran akan mempersatukan orang. Salah tetapi  ngotot memaksa orang lain untuk mengatakan benar,  itu yang sering jadi pokok masalah.

Benar, tidaklah dibuktikan dengan golok, ancaman penjara atau ancaman pembunuhan. Benar tempatnya di forum debat untuk menunjukkan bukti kalau itu konsisten dan  repeatable.
Benar itu letaknya dipengertian bukan  dirumah penjara atau dimedan perang.

Hidup kita banyak dipengaruhi kebijakan politik.  Apakah kita boleh impor atau boleh expor, boleh asing investasi atau tidak  semua mempengaruhi kehidupan kita,  Lalu apakah berpolitik juga harus benar ?  apa rakyat cukup ditipu disana sini dengan rekayasa fakta ?

Setiap orang tentu akan mudah menjawabnya.  Kalau belum bisa menjawabnya ajak teman berdiskusi tentang perlunya benar dalam berpolitik.

Setiap orang pada dasarnya tahu salah dan benar. Setiap orang tahu, benar harus diikuti, salah harus dijauhi atau jangan dilakukan. Setiap orang, bila benar akan berani, bila salah akan takut. Kesadaran tentang salah-benar dalam diri, bila dihayati dan dipegang teguh sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mengatur dan membereskan kehidupan ini. Seperti rizki, salah dan benar tidak akan tertukar dalam kehidupan. Tapi, mengapa banyak orang yang takut padahal dia benar, dan banyak orang berani bahkan ngotot padahal dia salah? Apakah yang satu penakut, dan yang lain nekad? Bukan.

Persoalannya, bukan penakut padahal benar atau penekad padahal salah, tapi tidak menyadari posisi dirinya benar atau salah. Persoalannya adalah kesadaran. Ketika orang yang benar tapi takut benar-benar disadarkan bahwa ia benar, ia akan berubah seketika menjadi pemberani. Sebaliknya, orang yang salah, bila benar-benar disadarkan tentang kesalahannya, ia akan takut, hilang keberaniannya dan menyesali diri. Disini diperlukan orang ketiga yang bisa menyadarkan siapa saja bahwa ia benar atau salah. Orang ketiga ini bisa siapa saja, syaratnya hanya satu: memiliki kesadaran kebenaran yang lebih tinggi di atas orang kebanyakan. Dia ini semacam hakim atau pemutus, tapi tidak ada kaitannya dengan posisi dan jabatan apapun. 

Syaratnya, hanya kesadarannya lebih tinggi. Orang seperti itulah yang sangat kita perlukan saat ini, siapapun, dimanapun dan kapanpun. Dalam agama mereka adalah para nabi. Dalam kehidupan biasa adalah siapa saja yang hidupnya lurus, hatinya bersih, berfikirnya tajam dan jernih, penasehat yang tanpa pamrih. Ali Syari’ati menyebut mereka sebagai rausyan fikr (orang-orang yang tercerahkan).

Adakah orang-orang seperti di sekitar kita? Bila ada, ia harus didekati, dijaga, dipelihara dan diminta nasehat-nasehatnya. Bila perlu dijamin hidupnya. Orang seperti ini adalah para nabi yang tidak formal, utusan Tuhan yang tersembunyi. Apakah kita harus selalu tergantung pada orang-orang istimewa seperti itu? Tidak perlu. Tapi kita harus mau melakukan satu hal: membereskan diri kita masing-masing agar hidup benar, berkata benar, melangkah benar, berniat benar, bertujuan benar dan seterusnya dalam hal apapun. Jangan dibuka peluang dalam diri kita melakukan kesalahan apapun. Bila itu kita coba lakukan, kekuatan kebenaran itu akan muncul dalam diri, akan menguat dan kita lah yang akan menjadi obor-obor kebenaran. 

Kekuatan kebenaran kita akan menjadi radio aktif bagi orang lain. Semakin banyak obor semakin terang dunia ini, semakin lenyap kegelapan, semakin beres kehidupan! Bila masing-masing diri sudah menemukan hakikat kebenaran, kita tak akan pernah lagi menyalahkan orang! Karena dalam dirilah sumber semua masalah. Wallahu ‘alam
By: Kristin Anisa


The Philosophy......1



Diam itu Emas dan Bicara diwaktu yang tepat adalah Berlian


Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti kita tidak asing dengan kata-kata "Diam itu emas". Begitu banyak orang yang mengatakannya, namun apakah diam itu benar-benar emas?...

Namun bagi saya, walaupun diam terkadang adalah sebuah emas, namun ada kalanya bicara adalah sebongkah berlian. Untuk memahaminya, misal ada sebuah permasalahan dikehidupan kita, permasalahan tersebut membuat kita berdebat dengan teman kita. Apa yang harus kita lakukan?.

Disaat itu mungkin Diam adalah Emas, karena kita mencoba untuk merendamkan amarah antara kita dan teman kita. Namun setelah itu kita harus bicara pada teman kita, untuk menyelesaikan masalahnya. Mungkin itu hanya salah paham dan walaupun memang ada yang salah bukannya itu baik?. Kita bisa tahu kesalahan masing-masing dan saling introspeksi diri untuk menjadi lebih baik.


Memang jika kita disalahkan pada mulanya terasa tidak enak, tapi dengan kita tahu kesalahan kita bukankah kita bisa introspeksi diri dan menjadi lebih baik dan kita bisa mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Disitulah saya mengatakan "Bicara diwaktu yang tepat adalah Berlian".

Kita tinggalkan permasalahan diatas dengan parmasalahan yang baru!....



Ketika kita dihadapkan dengan suatu kondisi dimana kita bersama orang yang sulit atau tidak bisa kita sadarkan. maka saya juga bisa mengatakan bahwa, Diam itu emas dan bicara diwaktu yang tepat adalah berlian, yang maksudnya lebih baik kita simpan kata-kata berharga yang kita miliki ketika kita menyadari bahwa perkataan kita tidak akan mampu membuat seseorang menjadi lebih baik, disaat itu berikan kesempatan orang lain untuk mengubah orang tersebut menjadi lebih baik atau biarkanlah waktu yang membuatnya menjadi lebih baik.

Pada hakikatnya manusia itu tidak ada yang salah, hanya saja karena setiap manusia memiliki jalan fikiran yang berbeda-beda, maka nampak seolah-olah ada yang kurang tepat akan apa yang dilakukan orang lain. Jadi, tinggal pintar-pintarnya kita mengambil hikmah dari semua hal yang terjadi,yang pasti rencana tuhan itu luar biasa indahnya.

Jadi, selalu dan selalu belajar memahami apa yang di ajarkan Tuhan melalui hal-hal yang terjadi disekitar kita, maka seiring berjalannya waktu rasa syukur serta kedewasaan akan tumbuh dengan sedirinya, bahkan tanpa kita sadari.

Diam Itu Emas, Bicara baik benar itu Berlian
Mungkin saya terlihat seperti pendiam, tidak apa-apa silahkan nilai :)

Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam

Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas, Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong , Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat, Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

 e. Diam Marah, Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jauh lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif) Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.

 


2. Keutamaan Diam Aktif

a. Hemat Masalah, Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa, Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan TenangDengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak, Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul, Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa, Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.
 Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:

1.  Diam dari perkataan dusta
2. Diamdari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
4. Diam dari kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti
8. Diam dari sok tahu dan sok pintar

Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga. Aamiin :)

By: Kristin Anisa
Referensi :